Pendakian Akhir Tahun

Pasti banyak diantara kalian para pendaki setia menunggu nunggu akhir tahun ini tuh bisa merayakannya di puncak gunung....

Tapi ada banyak juga gunung yang di tutup di setiap pergantian tahun ini, ada yang beralasan sedang memperbaiki ekosistem lah, apa lah...

Tapi jangan kawatir untuk ara pendaki, masih banyak ko gunung-gunung yang masih dibuka untuk umum diakhir tahun ini...

semangat dan terus berjuang melangkahkan kaki kalian ke puncak gunung-gunung yang ada di indonesia......


http://ptmselindo.files.wordpress.com/2012/03/p11004431.jpghttp://mobiter.net/wp-content/uploads/2014/08/gunung-semeru.jpg
http://alamendah.files.wordpress.com/2011/04/puncak-rantemario.jpgPuncak Merapi yang sangat gagah
http://sman1ah.files.wordpress.com/2009/05/gunung-kerinci-oleh-tom-casadevall-usgs-1987.jpeghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjn0Ecwi-uyzeFFw-V3FJEsJqRl8Q7SRofsiYIXf_u56TBm0nzUt2Bp-GXVqJbk8AEZ6AydAOb1F5aA_GgmYgWXDDY0AbjHo1Phw7pq_ujYUTXMr29ArBYF4kcWOrlO5fqtNCJwQX67WLjH/s1600/Pegunungan+Schwaner+90.jpg
http://images.detik.com/customthumb/2011/12/12/1026/img_20111212214249_4ee612e954f0c.jpg?w=600

Perjalanan Menuju Puncak Mahameru

http://www.obornews.com/images/news/news_10477.jpghttp://aminus3.s3.amazonaws.com/image/g0030/u00029488/i01677269/30bca82793aca9a332c63fe04f05fe39_large.jpg https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuZMQcougFuw8DkW8Z7czMOQYpIf3Pv_SLqpNhFIffi-INSeCDM9SbYKcTqSCzQYfDCPgc2QE_s-Ja6VbzB0JfhXcz1yyONoHIalKV9xEL3mQYHbety6jHdQBVwk4VCnQBOlLrcrq3WSE/s1600/100_1682.JPG
Gunung semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan puncak
tertingginya Mahameru (3.676 mdpl). Salah satu rute yang sangat diminati
 pendaki. Biasanya pendaki akan betah digunung ini karena pemandangannya
 yang indah. Terutama disekitar ranu kumbolo.
Desa terakhir yang harus kita lewati untuk menuju puncak Mahameru adalah
 desa Ranu Pane. Untuk menuju Ranupane bisa dari kota malang atau
lumajang. Dari terminal kota malang naik angkutan umum menuju desa
Tumpang. Dilanjutkan dengan Jip atau Truk Sayuran yang banyak terdapat
di belakang pasar terminal Tumpang. Di Ranu Pane terdapat Pos
pemeriksaan, warung dan pondok penginapan. Pendaki juga dapat bermalam
di Pos penjagaan. Di Pos Ranu Pani juga terdapat dua buah danau yakni
danau (ranu) pani (1 ha) dan ranu regulo (0,75 ha). Terletak pada
ketinggian 2.200 mdpl.


Ada dua jalur yang bisa ditempuh dari Desa Ranu Pane menuju Mahameru.
Tetapi kedua jalur tersebut akan bertemu di Ranu Kumbolo.

    Jalur Pendakian Gunung Semeru via Watu Rejeng.
    Jalur Pendakian Gunung Semeru via Gunung Ayek-Ayek.


Peta Dua Jalur Pendakian Gunung semeru


Jalur Pendakian Watu Rejeng

Ranu Pane - Watu Rejeng - Ranu Kumbolo

Biasanya bagi pendaki yang baru pertama kali ke gunung Semeru akan sulit
 menemukan jalur pendakian, kadang malah hanya berputar disekitar desa
Ranu Pane. Sebaiknya setelah menemukan gapura selamat datang, perhatikan
 terus ke kiri ke arah bukit, jangan mengikuti jalanan yang lebar ke
arah kebun penduduk.

Jalur awal yang kita lalui cukup landai, menyusuri lereng bukit yang
didominasi tumbuhan alang-alang.Tidak ada tanda penunjuk arah jalan,
tetapi terdapat tanda ukuran jarak pada setiap 100m, kita ikuti saja
tanda ini. Kadang terdapat pohon tumbang, dan ranting-ranting diatas
kepala, sehingga kita harus sering merundukkan kepala, tas keril yang
tinggi sangat tidak nyaman.

Setelah berjalan sekitar 5 Km menyusuri lereng bukit yang banyak
ditumbuhi Edelweis, kita akan sampai di Watu Rejeng. Kita akan melihat
batu terjal yang sangat indah. Kita saksikan pemandangan yang sangat
indah ke arah lembah dan bukit-bukit yang ditumbuhi hutan cemara dan
pinus. Kadang kala kita dapat menyaksikan kepulan asap dari puncak
semeru. Dari sini kita bisa menuju pos pendakian di Ranu Kumbolo yang
masih harus kita tempuh dengan jarak sekitar 4,5 Km.

Selain jalur yang biasa dilewati para pendaki melewati Watu Rejeng, juga
 ada jalur pintas yang biasa dipakai para pendaki lokal, jalur ini
sangat curam dengan melintasi Gunung Ayek-ayek.

Setibanya di Ranu Kumbolo sebaiknya kita mendirikan tenda karena disini
terdapat danau yang memiliki air bersih, dan juga pemandangan disini
sangat indah. Biasanya pendaki akan betah berada disini, ditambah
pemandangan matahari terbit disela-sela bukit. Banyak terdapat ikan,
kadang burung belibis liar. Ranu Kumbolo berada pada ketinggian 2.400 m
dengan luas 14 ha.

Ranu Kumbolo - Oro Oro Ombo - Cemoro Kandang

Dari Ranu Kumbolo sebaiknya menyiapkan air sebanyak mungkin.
Meninggalkan Ranu Kumbolo kita mendaki bukit terjal, dengan pemandangan
yang sangat indah dibelakang ke arah danau. Di depan bukit kita
terbentang padang rumput yang luas yang dinamakan oro-oro ombo.

Oro-oro ombo dikelilingi bukit dan gunung dengan pemandangan yang sangat
 indah, padang rumput luas dengan lereng yang ditumbuhi pohon pinus
seperti di Eropa. Dari balik Gn. Kepolo tampak puncak Gn. Semeru
menyemburkan asap wedus gembel. Selanjutnya kita memasuki hutan Cemara
dimana kadang-kadang kita jumpai burung dan kijang. Banyak terdapat
pohon tumbang sehingga kita harus melangkahi atau menaikinya. Daerah ini
 dinamakan Cemoro Kandang.

Cemoro Kandang - Pos Kalimati

Dari Cemoro Kandang kita akan menuju Pos Kalimati yang berada pada
ketinggian 2.700 m, disini kita dapat mendirikan tenda untuk
beristirahat dan mempersiapkan fisik. Kemudian meneruskan pendakian pada
 pagi-pagi sekali pukul 24.00. Pos ini berupa padang rumput luas di tepi
 hutan cemara, sehingga banyak tersedia ranting untuk membuat api
unggun. Terdapat mata air Sumber Mani, ke arah barat (kanan) menelusuri
pinggiran hutan Kalimati dengan menempuh jarak 1 jam pulang pergi.

Di Kalimati banyak terdapat tikus gunung bila kita mendirikan tenda dan
ingin tidur sebaiknya menyimpan makanan dalam satu tempat yang aman.

Pos Kalimati - Arcopodo

Untuk menuju Arcopodo kita berbelok ke kiri (Timur) berjalan sekitar 500
 meter, kemudian berbelok ke kanan (Selatan) sedikit menuruni padang
rumput Kalimati. Arcopodo berjarak 1 jam dari Kalimati melewati hutan
cemara yang sangat curam, dengan tanah yang mudah longsor dan berdebu.

Dapat juga kita berkemah di Arcopodo, tetapi kondisi tanahnya kurang
stabil dan sering longsor. Sebaiknya menggunakan kacamata dan penutup
hidung karena banyak abu beterbangan. Arcopodo berada pada ketinggian
2.900m. Arcopodo adalah wilayah vegetasi terakhir di Gunung Semeru,
selebihnya kita akan melewati bukit pasir.

Arcopodo - Puncak Mahameru

Dari Arcopodo menuju puncak Semeru diperlukan waktu 3-4 jam (santai),
melewati bukit pasir yang sangat curam dan mudah merosot. Semua barang
bawaan sebaiknya kita tinggal di Arcopodo atau di Kalimati. Pendakian
menuju puncak dilakukan pagi-pagi sekali sekitar pukul 02.00 pagi dari
Arcopodo. Badan dalam kondisi segar, dan efektif dalam menggunakan air.
Perjalanan pada siang hari medan yang dilalui terasa makin berat selain
terasa panas juga pasir akan gembur bila terkena panas.

Siang hari angin cendurung ke arah utara menuju puncak membawa gas
beracun dari Kawah Jonggring Saloka. Di puncak Gunung Mahameru (Semeru)
pendaki disarankan untuk tidak menuju kawah Jonggring Saloko, juga
dilarang mendaki dari sisi sebelah selatan, karena adanya gas beracun
dan aliran lahar. Suhu dipuncak Mahameru berkisar 4 - 10 derajad
Celcius, pada puncak musim kemarau minus 0 derajat Celcius, dan dijumpai
 kristal-kristal es. Cuaca sering berkabut terutama pada siang, sore dan
 malam hari.

Jalur Pendakian Ayek-Ayek


Puncak Mahameru bisa juga ditempuh melalui jalur pintas yaitu Jalur
Gunung Ayek Ayek. Jalur ini biasanya dipakai oleh pendaki lokal, kondisi
 jalur sangat curam dan cukup berbahaya. Untuk menemukan jalur ini dari
desa Ranu Pane perjalanan bisa dimulai dengan melintasi kebun sayuran
penduduk yang berupa tanaman bawang dan kol (kubis). Melintasi kawasan
kebun sayuran di siang hari terasa panas dan berdebu sehingga akan lebih
 baik jika pendaki mengenakan kacamata dan masker penutup hidung.
Jalur agak landai dan sedikit berdebu melintasi kawasan hutan yang
didominasi oleh tanaman penghijauan berupa akasi dan cemara gunung.
Jalur selanjutnya mulai menanjak curam menyusuri salah satu punggungan
gunung Ayek-ayek. Di sepanjang jalur ini kadangkala dapat ditemukan
jejak-jejak kaki dan kotoran binatang. Burung dan aneka satwa seringkali
 terlihat berada disekitar jalur ini.
Mendekati puncak gunung Ayek-Ayek pohon cemara tumbuh agak berjauhan
sehingga pendaki dapat melihat ke bawah ke arah desa ranu pane. Desa
Ngadas juga nampak sangat jelas. Pendaki dapat beristirahat di celah
gunung untuk berlindung dari hembusan angin. Di tempat ini pendaki juga
bisa melihat dinding gunung tengger yang mengelilingi gunung Bromo,
kadang kala terlihat kepulan asap yang berasal dari gunung Bromo.
Setelah melintasi celah gunung yang agak licin dan berbatu pendaki harus
 menyusuri sisi gunung Ayek-ayek agak melingkar ke arah kanan. Di
samping kiri adalah jurang terbuka yang menghadap ke bukit-bukit yang
ditumbuhi rumput, bila pendakian dilakukan di siang akan terasa sangat
panas. Di kejauhan kita dapat menyaksikan puncak mahameru yang
bersembunyi di balik gunung Kepolo, sekali-kali nampak gunung Semeru
menyemburkan asap wedus gembel. Jalur mulai menurun tetapi perlu tetap
waspada karena rawan longsor.
Tumbuhan yang ada berupa rumput dan cemara yag diselingin Edelweis.
Masih dalam posisi menyusuri tebing terjal sekitar 30 menit kita akan
tiba di tempat yang agak datar, celah yang cukup luas pertemuan dua
gunung. Di sini pendaki dapat beristirahat sejenak melepaskan lelah.
Beberapa tanaman Edelweis tumbuh cukup tinggi sehingga dapat digunakan
untuk berteduh dari sengatan matahari.Setelah puas beristirahat
perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri tebing terjal yang agak
melingkar ke arah kiri.
Tumbuhan yang ada berupa rumput yang agak rapat dan tebal, beberapa
pohon cemara tumbuh agak berjauhan di sepanjang jalur. Di sepanjang
jalur ini pendaki tidak bisa saling mendahului sehingga harus berjalan
satu persatu. Sekitar 30 menit menyusuri tepian tebing terjal akan
tampak di depan kita bukit dan padang rumput yang sangat luas.
Sampailah kita di padang rumput yang sangat luas yang disebut Pangonan
Cilik.Pemandangan di pagi hari dan sore hari di tempat ini sangat indah
luar biasa, kita tidak akan bosan memandangi bukit-bukit yang ditumbuhi
rumput. Padang rumput ini dikelilingin tebing-tebing yang ditumbuhi
pohon cemara dan edelweis. Sekitar 45 menit melintasi padang rumput
selanjutnya berbelok ke arah kiri maka sampailah kita di sebuah danau
yang sangat luas yang disebut danau Ranu Kumbolo.
Angin bertiup kencang, pada bulan Desember - Januari sering ada badai.
Terjadi letusan Wedus Gembel setiap 15-30 menit pada puncak gunung
Semeru yang masih aktif. Pada bulan Nopember 1997 Gn.Semeru meletus
sebanyak 2990 kali. Siang hari arah angin menuju puncak, untuk itu
hindari datang siang hari di puncak, karena gas beracun dan letusan
mengarah ke puncak.
Letusan berupa asap putih, kelabu sampai hitam dengan tinggi letusan
300-800 meter. Materi yang keluar pada setiap letusan berupa abu, pasir,
 kerikil, bahkan batu-batu panas menyala yang sangat berbahaya apabila
pendaki terlalu dekat. Pada awal tahun 1994 lahar panas mengaliri lereng
 selatan Gn.Semeru dan meminta beberapa korban jiwa, pemandangan sungai
panas yang berkelok- kelok menuju ke laut ini menjadi tontonan yang
sangat menarik.

    Pendakian sebaiknya dilakukan pada musim kemarau yaitu bulan Juni,
Juli, Agustus, dan September. Sebaiknya tidak mendaki pada musim hujan
karena sering terjadi badai dan tanah longsor.

Gunung Kerinci Jambi

Gunung Kerinci dengan ketinggian 3805 mdpl, merupakan puncak gunung tertinggi di pulau Sumatera juga merupakan puncak ‘Gunung berapi tertinggi di Indonesia’  berada di wilayah Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, termasuk dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).
Kerinci 3805mdplDi Gunung Kerinci terkenal misteri orang pendek yang masih jadi misteri karena belum ada yang bisa mendokumentasikan meskipun beberapa penduduk pernah menyaksikannya. Orang pendek tersebut menyerupai kera dengan tinggi 60 cm yang memiliki keanehan berjalan dengan telapak kaki terbalik dan meninggalkan jejak kaki yang terbalik.

Mendaki Kerinci

Untuk mencapai Puncak Kerinci kita bisa melewati jalur Kersik Tuo yang berada di wilayah Kayu Aro. Jalur Kersik Tuo merupakan jalur umum yang banyak dipakai oleh para pendaki untuk mendaki ke puncak gunung Kerinci.
Untuk mencapai Kersik Tuo, kita bisa memulai dari kota Padang. Start dari bandara Minangkabau langsung menuju Kersik Tuo dengan mobil carteran/travel jurusan Sungai Penuh selama 7-8 jam perjalanan. Banyak travel yg melayani trayek Padang – Kersik Tuo seperti: Travel Ayu 07517878747, Travel Palino 085359801870, PO Sahabat Kerinci 085355133788 , dengan ongkos 185rb/orang jemput di bandara.

Penginapan di Kaki Kerinci

Sesampai di Kersik Tuo kita bisa menginap di beberapa Homestay seperti Homestay Subandi dan Homestay Paiman dengan biaya inap yang relatif ekonomis ( hanya Rp. 35.000 per orang per malam). CP Homestay Paiman ( Tika 085377714011), Homestay Subandi (0748357009), diharapkan boking dulu jauh-jauh hari kalau mau menginap disana. Di Homestay Paiman kita juga bisa memesan makanan untuk makan pagi dan bekal untuk pendakian ke puncak Kerinci keesokkan harinya.

Simpang Macan, Kersik Tuo – R10 – Pintu Rimba (1800 mdpl)

Pendakian dimulai dari Simpang Macan yang berjarak 100 m dari Homestay Paiman menuju Pintu Rimba. Kita bisa mencarter mobil milik Pak Sugino (085266332004) untuk menghemat waktu dan tenaga menuju Pintu Rimba dengan biaya Rp. 10.000/orang. Sebelum mencapai Pintu Rimba kita berhenti dulu di R10 (Pos Penjagaan Taman Nasional Kerinci Seblat) untuk mengurus perijinan pendakian. Perjalanan dari Homestay ke Pintu Rimba melalu jalan aspal di antara ladang penduduk dapat ditempuh dalam waktu 20 menit dengan mobil carteran.

Pintu Rimba – Pos 1 (1900 mdpl)

Pintu rimba KerinciPerjalanan dari Pintu Rimba menuju Pos 1 dapat ditempuh dalam waktu 30 menit melalui hutan tropis dengan jalur yang relatif landai. Di Pos 1 terdapat pondok /shelter yang masih layak untuk tempat berteduh

Pos 1 – Pos 2 (2000 mdpl)

Perjalanan dari Pos 1 menuju Pos 2 ditempuh dalam waktu 30 menit , medan pendakiannya masih landai. Terdapat Sumber air di Pos 2 berupa sungai kecil yang mengalir deras di musim hujan, lokasinya berada di sisi kiri jalur pendakian, namun Pos 2 kurang cocok untuk mendirikan tenda.

Pos 2 – Pos 3 (2250 mdpl)

Perjalanan dari Pos 2 ke Pos 3 ditempuh dalam waktu 45 menit, tracknya mulai menanjak, terkadang curam. Di Pos 3 terdapat Pondok/sherter yang masih bisa dipakai untuk berteduh namun tempatnya tidak cukup luas dan hanya menampung 1 tenda.

Pos 3 – Shelter 1 (2500 mdpl)

Dari Pos 3 menuju Shelter 1 dapat ditempuh dalam waktu 1 jam 45 menit melalui hutan tropis basah dengan medan yang cukup terjal. Pondok di Shelter 1 sudah tidak ada lagi/roboh (3/11/2013).  Di Shelter 1 terdapat tanah lapang yang cukup untuk 5-6 tenda.

Shelter 1 – Shelter 2 (2950 mdpl)

Menuju Shelter 2 jalurnya lebih menanjak daripada jalur sebelumnya, bila musim hujan jalur semakin licin dan banyak pohon tumbang yang melintang di sepanjang jalur pendakian. Dari Shelter 1 menuju Shelter 2 dapat di tempuh dalam waktu 3,5 jam. Di Shelter 2 terdapat rangka besi yang sangat cocok untuk tempat camp sebelum ke puncak. Di Shelter 2 juga terdapat sumber air berupa genangan/tampungan air jernih yg selalu penuh di musim hujan, lokasinya ada di sisi kiri rangka besi turun kira2 100 m.

Shelter 2 – Shelter 3 (3200 mdpl)

Perjalanan dari Shelter 2 menuju Shelter 3 ditempuh dalam waktu 1,5 jam melalui jalur air yang menanjak dan licin. Jalur berupa terowongan dengan medan yang terjal terkadang harus berpegangan pada akar pohon. Sesampai di Shelter 3 kita akan disuguhi pemandangan yang luar biasa, tampak di kejauhan  Danau Gunung Tujuh dan desa Kersik Tuo yang terlihat jelas jika cuaca tidak berkabut. Shelter 3 merupakan tempat datar yang terbuka dan luas di sisi kiri jalur pendakian, sangat bagus untuk mendirikan tenda. Di sini juga terdapat sumber air.

Shelter 3 – Puncak Kerinci (3805 mdpl)

Dari Shelter 3 kita sudah bisa melihat bagaimana medan menuju Puncak Gunung Kerinci. Kita akan melalui medan bebatuan dan berpasir mengikuti beberapa punggungan yang mirip dengan trek menuju puncak gunung Slamet atau Raung. Perjalanan dari Shelter 3 menuju Puncak Gunung Kerinci dapat ditempuh dalam waktu 3 jam. 15 menit sebelum puncak kita akan menemui memoriam yang dikenal dengan Tugu Yudha, untuk mengenang seorang pendaki bernama Yudha Sentika yang hilang dan jasadnya tidak ditemukan. Sesampai di puncak Gunung Kerinci kita dapat menyaksikan panorama kawah gunung berapi yang menakjubkan . Sebaiknya sebelum pukul 10.00 siang kita harus turun  dari puncak karena resiko kabut mulai turun dan membuat kita kesulitan untuk menemukan jalan turun.

GUNUNG TUJUH

Danau Gunung 7Gunung Tujuh masuk dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, bersebelahan dengan Gunung Kerinci dan merupakan tujuan kedua yang harus kita kunjungi setelah turun dari Gunung Kerinci. Untuk menuju Gunung Tujuh biasanya kita lewat jalur Pelompek.  Untuk menuju Pintu Gerbang jalur Pelompek ,dari Simpang Macan kita bisa kembali menggunakan jasa Pak Sugino (085266332004) untuk mengantar sampai ke lokasi dengan biaya Rp. 10.000 sekali jalan. Sesampai di Pintu Gerbang Gunung Tujuh kita mengurus perijinan dulu di Pos Taman Nasional yang berada di samping Pintu Gerbang dengan membayar tiket masuk Rp. 3500/orang.

Menuju Danau Gunung Tujuh

Perjalanan dari Pintu Gerbang menuju Puncak Gunung Tujuh dapat ditempuh dalam waktu 3 jam dengan medan yang menanjak dan penuh akar akar pohon. Jalur sangat licin penuh lumpur waktu musim hujan.  Dari puncak Gunung Tujuh ambil jalur turunan yang agak curam menuju Danau Gunung Tujuh selama kurang lebih 25 menit. Sesampai di danau kita akan Gunung tujuhdisuguhi pemandangan danau Gunung Tujuh yang luas dan indah di ketinggian 1950 mdpl. Di kejauhan tampak pula perahu nelayan yang sedang mencari ikan dan mengais rejeki mengantar kita keliling danau menggunakan perahu kecilnya dgn ongkos Rp. 100.000 untuk 2-3 orang penumpang. Tidak jauh dari tepi danau, terdapat air terjun yang merupakan air buangan dari danau yang mengalir melewati Pelompek.

Pendakian Gunung Raung Jawa Timur

Raung Puncak Sejati 3344 mdpl jalur Kalibaru

Transportasi ke Gunung Raung Jalur Kalibaru – Banyuwangi

Rute Pendakian RaungJika anda ingin mendaki ke gunung Raung, anda dapat naik kereta api atau bus tujuan Banyuwangi kemudian turun di Stasiun Kalibaru. Di depan stasiun Kalibaru telah mengantri banyak ojek motor yang siap membawa anda ke basecamp Raung yaitu kediaman pak Soeto. Jika mendaki bersama banyak anggota anda dapat mencarter mobil bak/truk kecil. Nama pak Soeto sangat dikenal oleh tukang ojeg di sekitar stasiun kalibaru, karena hanya disitulah tujuan para pendaki… apalagi ditambah jika anda membawa carrier besar dan rombongan, mereka berebut akan menawari anda untuk menggunakan jasa mereka.

Perizinan Gunung Raung

Untuk mendaki Gunung Raung via Kalibaru tidak perlu izin khusus, kita dapat melakukan perizinan dan lapor di polsek Kalibaru atau para pendaki biasa bertemu dengan Pak Soeto(Basecamp Pendaki). Di rumah Pak Soeto kita dapat menginap dan mencari info-info terkait Puncak Sejati Raung.

Basecamp Rumah Pak Soeto – Pos1 (8°12’14’’ LS dan 114°00’05’’ BT)

Basecamp P.SoetoDimulai dari Basecamp / rumah Pak Soeto, melewati perkebunan kopi yang sangat melelahkan, jika ingin menghemat waktu anda dapat memesan ojeg pada pak soeto. Ojek itu akan menghantarkan kita ke Pos 1 (dahulu rumah Pak Sunarya ). Tarif ojek 25ribu sekali trip per orang. Di sebelah kiri jalur Pos 1 ini ada jalan menuju sungai yang merupakan sumber air terakhir di jalur pendakian ini, disini pendaki dapat mengisi air, akan lebih aman setiap pendaki membawa air 10 liter.

Pos 1/ Pos Gareng – Pos 2 (8°10’27’’ LS dan 114°01’11’’ BT)

Melewati perkebunan memasuki hutan lebat dengan pepohonan dimana terdapat banyak pohon dan semak berduri, jalan yang dilalui belum menanjak dan cenderung datar dan melipir menyisiri hutan. Diperlukan waktu normal selama kurang lebih 4 jam untuk menempuh jarak dari Pos 1 menuju Pos 2. Pos 2 ini merupakan tempat camp yang terluas di jalur pendakian ini dan pendaki dapat bermalam disini. Pos 2 ini terletak pada ketinggian 1431 Mdpl.

Pos 2/ Pos Semar – Camp 3 (8°9’56’’ LS dan 114°0134 BT)

Pos2 RaungPos 2 mulai jalur menanjak mengikuti punggungan dan makin lama tanjakan makin berat. Track yang dilalui cukup sempit dan terdapat banyak tanaman berduri sejenis rotan dll. Diperlukan waktu sekitar 1 jam untuk mencapai camp 3 yang terletak persis di tengah jalur pendakian disini dapat didirikan 2 tenda. Camp 3 terletak pada ketinggian 1656 Mdpl.

Camp3 – Camp4 (8°9’19’’ LS dan 114°01’52’’ BT)

Dari camp 3 pendakian dimulai dengan jalan landai, kemudian akan melewati turunan sebelum berpindah punggungan dan dilanjutkan tanjakan makin menantang yang cukup menguras stamina. Setelah kurang lebih 2 jam akan tiba di camp4, sebuah dataran yang dapat digunakan untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan. Camp 4 terletak pada ketinggian 1855 Mdpl.

Camp 4 – Camp 5 (8°08’59’’ LS dan 114°01’58’’ BT)

Pendakian pada rute ini masih tetap dalam satu punggungan namun track yang dilalui semakin terjal dan rapat dimana banyak terdapat tanaman berduri (disarankan menggunakan pakaian lengan panjang), bila hujan jalur ini akan menjadi sangat licin. Waktu yang diperlukan untuk melalui rute ini adalah selama lebih kurang 45 menit. Camp 5 ini tidak terlalu luas hanya cukup untuk beristirahat sementara waktu. Camp 5 terletak pada ketinggian 2115 Mdpl.

Camp 5 – Camp 6/Pos3 (Pos Petruk) (8°08’49’’ LS dan 114°02’02’’ BT)

Setelah beristirahat di camp 5 tanjakan jauh semakin berat dan jalurnya semakin terjal, anda wajib berhati – hati saat melintasi rute ini. Rute ini tidak terlalu panjang butuh waktu sekitar 30 menit akan tiba di camp 6 / Pos 3. Di pos 6 ini terdapat area camp yang berundak – undak sebanyak 3 undakan dan dapat digunakan untuk tempat bermalam. Pos 6 terletak pada ketinggian 2285 Mdpl.

Camp 6 – Camp 7 (8°08’24’’ LS dan 114°02’14’’ BT)

Pendakian semakin berat dan menantang karena semakin mendekati puncak Gunung Wates, tracknya semakin terjal, jalur pendakian semakin terbuka dan udara semakin dingin. Setelah sekitar 45 menit kita akan tiba di camp 7, yang merupakan area terbuka, sebuah dataran yang cukup luas, dapat mendirikan 3 tenda.
Di camp 7 ini kita dapat menikmati pemandangan negeri di atas awan yang sangat indah, dimana di depan terdapat puncak gunung Wates, sebelah kiri dan kanan kita dapat melihat berjajar punggungan serta lembah, tampak pula jajaran pegunungan Hyang dan pncak Semeru, apabila malam dan kondisi cerah pemandangan bintang – bintang yang bertebaran di langit yang memancarkan sinarnya serta gemerlap lampu – lampu di perkotaan yang tampak dari kejauhan akan menjadi pemandangan yang dapat kita nikmati di malam hari.
Di camp 7 terdapat bunga Edelweiss. Kondisi di camp7 ini tanahnya rawan longsor dan udara cukup dingin serta angin yang berhembus kencang karena area yang sangat terbuka, untuk itulah agar berhati – hati jika ingin bermalam di camp 7 ini. Camp7 terletak pada ketinggian 2541 Mdpl.

Camp 7 – Camp 8 (8°08’12’’ LS dan 114°02’30’’ BT)

Jika anda bermalam di camp7, ada baiknya barang bawaan ditinggal disana dan membawa perlengkapan yang khusus untuk kepuncak, misal tali, carabiner dll. Akan diawali punggungan menuju puncak gunung wates selama sekitar 45 menit, dengan jalur yang cukup terjal dan rapat oleh semak berduri. Dari puncak gunung Wates pendakian dilajutkan dengan melipiri punggungan yang sangat tipis dengan bibir jurang sehingga sangat butuh konsentrasi dan kehati – hatian. Setelah berjalan melipir kita akan mulai melalui menanjak dimana mulai terdapat vegetasi khas puncak gunung. Total waktu menuju pos 8 ini adalah sekitar 2 jam perjalanan normal.pos 8 terletak pada ketinggian 2876 Mdpl.

Camp 8 – Camp9/Pos 4 (Pos Bagong) (8°08’00’’ LS dan 114°02’33’’ BT)

Jalurnya semakin terjal, masih sangat rimbun, vegetasinya pun semakin jarang dan pepohonan tua yang menjadi ciri khas sebelum puncak gunung. Setelah berjalan sekitar 1 jam barulah kita tiba di camp 9 yang merupakan camp terakhir yang dapat kita gunakan untuk beristirahat, merupakan batas vegetasi. Camp 9 terletak pada ketinggian 3023 Mdpl.

Camp 9 – Puncak Bendera/ Puncak Kalibaru (8°07’56’’ LS dan 114°02’55’’ BT)

Puncak Bendera
Melewati batas vegetasi 10 menit dan akan tiba di puncak Bendera 3154 Mdpl, tak jarang puncak ini juga dinamakan puncak Kalibaru sebagai mana jalur pendakian ini.
Di sini mulailah terpampang kegarangan puncak sejati raung. Jalur yang sangat memacu adrenalin dengan dibalut kanan-kiri jurang menganga. Di kejauhan juga tampak Puncak 17 yang berbentuk piramid, Puncak Tusuk Gigi yang terdiri dari susunan bebatuan yang lancip dan Triangulasi Puncak Sejati Raung. Dari sini jalur kepuncak sejati hanya terlihat samar.
Tantangan Puncak Sejati Gunung Raung 
Memang untuk menaklukkan Puncak Sejati Raung ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
  1. Persiapan Alat : Tali Kern 30m, Carrabiner, Webbing, Harnezt, Ascender, Helm, Jumar, Tali prusik. Semua harus dalam keadaan baik.
  2. Skill Teknis : Anchoring, Ascending, Belaying, descending Rappeling, Moving together. Minimal dalam team harus ada yang menguasai sehingga bisa jadi leader buat teman-temannya.
  3. Motivasi Team : doa, keselamatan adalah utama, saling dukung dan saling melengkapi.
  4. Logistik Team : Makanan, air minum, alat tambahan: kamera, GPS.
Igir Puncak BenderaJika semua uda dibawa dan disiapkan, kita akan meulai menggunakan peralatan itu tepat di puncak bendera. Mengingat beberapa titik rawan yang harus kita lalui. Kalau semua peralatan sudah dikenakan oleh masing-masing anggota team baru kemudian petualangan ke puncak sejati dapat kita teruskan.
Kita tahu bahwa Jalur ini adalah jalur paling rawan dan menegangkan, salah sedikit akan fatal akibatnya, maka dari itu kewaspadaan, konsentrasi dan fokus serta keselamatan menjadi harga mati yang tidak dapat ditawar lagi.




Puncak Bendera – Puncak17

Puncak 17Perjalanan dimulai turun dari puncak bendera melipir igir-igir jurang berjalan satu-persatu dan bergantian menjadi pilihan yang mutlak. Maka sampai di titik rawan 1. Di titik ini kita harus melipir tebing bebatuan dimana di sebelah kanan adalah jurang sedalam 50 meter, kita memasang jalur pemanjatan kurang lebih 5 meter, di jalur telah terpasang 1 buah hanger, 1 bolt dan di titik anchor atasnya terdapat pasak besi yang telah tertanam, dapat digunakan sebagai anchor utama.
Leader melakukan artificial climbing sambil memasang jalur pemanjatan. Dapat menggunakan tali kern ataupun cukup membentangkan webbing. Setiap pendaki wajib memasangkan carabinernya jika melewati titik ini dan harus bergantian.
Setelah melewati titik rawan 1 kita menuju puncak 17 / piramida, sampai pada titik rawan yang ke2 yaitu dibawah puncak 17. Disini kita kembali harus membuat jalur pemanjatan, dimana leader melakukan artificial climb selajutnya setibanya di puncak 17 memasang fix rope untuk dilalui orang selanjutnya dengan teknik jumaring. Atau pilihan lain adalah kita tidak kepuncak 17 tetapi melipir lewat samping puncak 17. Disini bisa menggunakan moving together jadi setiap anggota tim memasang carabinernya pada kern yang dibentangkan antara anggota paling depan dan paling belakang. Di titik ini juga terdapat beberapa anchor tanam yang bisa kita gunakan. Dibutuhkan fokus dan konsentrasi ekstra karena medan yang mudah rontok.

Puncak 17 – Puncak Tusuk Gigi

Tibalah kita di titik rawan yang ke3 / terakhir dimana kita harus memasang jalur untuk menuruni tebing sekurangnya 20 meter. Untuk itu menggunakan teknik rappelling untuk mencapai ke bawah. Dititik ini juga sudah ada beberapa anchor tanam dari besi yang dapat kita gunakan. Jalur Kern kita tinggal disini dan akan kita gunakan kembali nanti.
Dibawah dilanjutkan dengan jalan yang agak menurun ke bawah sampai bertemunya jalur pungungan ke Puncak Tusuk Gigi ( dari jauh menyerupai tusuk gigi ). Dari situ kita akan disuguhi hamparan bebatuan yang semakin besar yang harus kita daki
Dari tempat istirahat ini perjalanan kembali menanjak dengan tingkat kemiringan yang makin tegak. Waspadai juga longsor batuan lepas dari atas tidak membahayakan pendaki di bawahnya. Jalur bebatuan ini akan berakhir di puncak Tusuk Gigi dengan batuan sebesar rumah yang tersusun menjulang.

Puncak Sejati Raung (8°07’32’’ LS dan 114°02’48 BT)

Raung Puncak Sejati 3344 mdpl jalur KalibaruDari puncak Tusuk Gigi berorientasi ke kanan kita melipir ke belakang dan kemudian berjalan agak menanjak sekitar 100 meter tibalah kita di tempat yang menjadi tujuan akhir dari ekspedisi kita PUNCAK SEJATI GUNUNG RAUNG 3344 MDPL, ditandai dengan sebuah triangulasi dan pemandangan sebuah kawah besar yang masih aktif yang setiap saat mengeluarkan asapnya. Dari bawah kawah ini sering mengeluarkan suara dengan raungan yang menggelegar. Jika anda sampai di Puncak Sejati, suara ini akan lebih keras lagi, menggetarkan nyali dan sangat menakutkan.

Gunung Ceremai 3078mdpl Kuningan Jawa Barat

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhy_Videyx0hk3XOvzYoV3XmLfu_a-YgyJM9eo3126CNH4-99P8aK3wA-Aff27CzcsgICxQbDJ8YNBmY0VR7xU5XJ_mzC4wiU3hk5oZG4iN8wLxnbQ2Fof8Sf-kLgxp0oC_153vB5hHYSI/s1600/difotohapekeonk_040.jpghttp://www.oocities.org/everestamedia/images/ciremai04.jpg
Pendakian pemanasan, begitu saya menyebutnya.Pemanasan setelah beberapa bulan tidak melakukan pendakian.Pemanasan karena rencana tahun ini akan mendaki ke gunung Rinjani sehabis lebaran. Hitung hitung cek fisik.
Gunung Ciremai akhirnya menjadi pilihan saya dan kawan kawan.Setelah sebelumnya kami menimbang beberapa alternatif gunung seperti Cikuray,Lawu,dan Papandayan.
Gunung tertinggi se Jawa Barat itu menjadi pilihan karena memiliki trek yang konon katanya ekstrim dan menantang. Dari ketiga jalur yang ada yaitu jalur Linggarjati,jalur Palutungan dan jalur Apuy, kami memilih jalur Linggarjati.
Kami sepakat berkumpul di stasiun Cirebon. Saya sendiri berangkat dari Jakarta, 3 kawan lainnya dari Cimahi dan satu kawan cewek dari Bandung.
Sekitar pukul 2 siang kami baru bertemu di stasiun Cirebon akibat keterlambatan kereta. Kami bergegas mencari angkot untuk menuju Linggar jati. Supir angkot D5 yang kami tumpangi menawarkan untuk langsung mengantarkan menuju pos pendakian Linggar jati dengan ongkos 80 ribu. Kami sepakat setelah nego untuk menjemput seorang kawan kami di terminal Cirebon dan mampir di pasar untuk melengkapi perbekalan pendakian.
Perjalanan menuju pos pendakian Linggar jati memakan waktu kurang lebih satu jam. Melewati jalan menanjak, tak jarang terlihat segerombolan monyet-monyet dipinggir jalan dekat lokasi wisata yang saya lupa namanya.
Apabila naik kendaraan umum, pendaki hanya diantar sampai museum Linggar jati dan harus jalan atau naik ojek menuju pos pendakian yang jaraknya lumayan jauh.
Sampai di pos pendakian kondisinya sepi. Hanya ada rombongan kami saat itu. Menurut penjaga pos, ada 1 rombongan yang sudah naik malam sebelumnya sekitar 10 orang dari Jakarta.

Setelah proses ‘adat’ dengan urusan retribusi dan dokumen, kami berangkat menuju pos pertama, Cibunar. Cibunar merupakan desa terakhir dan disini pula sumber air terakhir bisa didapat. Melalu jalanan beraspal, treking menanjak dengan kemiringan yang lumayan cukup untuk pemanasan pendakian. Kami sebut itu trek selamat datang.
Di cibunar terdapat beberapa warung, bak penampung air, toilet, mushola dan sebuah rumah singgah. Sewaktu kami sampai, warung tersebut suddah tutup, hanya ada beberapa anak muda yang bermain main di Cibunar.
Jam menunjukkan pukul 5, setelah mengisi air, kami pun melanjutkan perjalanan menuju pos Kondang amis untuk bermalam. Ada 11 pos yang harus kami lewati untuk sampai di puncak Ciremai. Pos Kondang amis adalah pos ketiga, terdapat shelter yang lumayan besar dan tempatnya luas,cukup untuk beberapa tenda.
Kami sampai sekitar pukul 8 malam. Kami langsung bergerak mengambil tugas masing masing. 2 orang mengurus urusan dapur, 3 orang lainnya mendirikan tenda. Air hangat, kebutuhan pertama yang harus dipenuhi untuk menghangatkan badan.
Tenda telah berdiri, makanan dan minuman telah siap. Malam itu kami ngobrol sembari menghangatkan diri disekeliling api unggun sambil lebih mengenal satu sama lain. Diantara kami ada yang baru pertama kali mendaki dan juga bertemu.

Pagi setelah packing selesai kami bergegas menuju pos berikutnya, pos Kuburan Kuda. Dalam bayangan saya, pos Kuburan Kuda itu angker seperti kisah kisah mistis yang saya baca di internet. Dengan treking yang yang terus menanjak dan sedikit ‘bonus’ sampailah kami setelah sekitar 2 jam berjuang. Pos Kuburan Kuda tak begitu luas, mungkin hanya muat 2 tenda dibawah dan 2 tenda di atas. Karena masih pagi, suasananya tidak begitu angker.
Tak berlama lama kami istirahat di Kuburan Kuda. Treking panjang masih menanti kami di depan sana.
Jalan setapak, tanjakan berbatu, tanjakan akar dan sekali lagi dengan sedikit ‘bonus’ terus menemani sepanjang perjalanan. Tak jarang kami harus memanjat berpegangan akar atau apapun yang bisa dipegang agar kami bisa sampai tujuan.
Tanjakan Seruni tak secantik namanya, kemiringannya membuat lutut bekerja lebih keras dari biasanya. Jalur air, sempit dan licin sempat membuat saya berguling guling ria.Hal tersebut juga terjadi pada kawan lainnya yang jalan duluan.

Waktu hampir menunjuk jam 12, namun kami belum menemukan lokasi yang cocok untuk memasak makan siang. Setelah tanjakan Seruni, kami berencana makan siang dan istirahat di Pos Bapa Tere.Awalnya kami mengira pos bapa Tere layaknya pos lainnya. Dengan lokasi yang cukup lapang dan ada tempat untuk mendirikan tenda. Namun, hal itu meleset, pos Bapa Tere berupa jalur setapak dengan pemandangan tanjakan yang ‘wow’ didepan mata. Kamipun terpaksa istirahat dijalur sempit itu, karena tak mungkin melanjutkan perjalanan dengan perut yang kurang kondusif. Kami masak logistik yang dibawa, nasi,sayur, makanan kaleng, dan telur adalah makanan penambah energi untuk melewati tanjakan tanjakan berikutnya. Selesai memasak, gerimis mulai menghampiri kami. Sambil berkemas, kami menyantap makan siang dengan lahapnya. Tak lama, sejumlah pendaki terlihat turun dari tanjakan Bapa Tere. Mereka rombongan dari jakarta yang naik malam sebelum kami tiba di pos pendakian Linggar jati. Dari informasi yang didapat,sekitar 2 jam lagi untuk sampai di pos berikutnya yaitu Batu lingga.

Perut sudah terisi,energi penuh kembali,tanjakan bapa tere menanti. Tanjakan kami dilalui dengan memanjat dan hanya ada akar akar pohon buat pegangan.Kondisi tanah basah membuat kami harus berhati hati dalam tiap langkah. Terpeleset sedikit, kami bisa terjerembab ke bawah. Pohon pohon besar terlihat tumbang,entah karena umur atau faktor alam lainnya.Hal itu membuat sedikit jalur pendakian agak tertutup.Setelah sekitar 2 jam perjalanan kami sampai di pos Batu Lingga.
Kami memutuskan untuk ngecamp di Batu Lingga dan akan mendaki ke puncak jam 4 pagi karena kondisi fisik yang kurang memungkinkan. Di Batu Lingga masih sekitar jam 5 sore. Ada banyak waktu untuk istirahat menghimpun energi. Seperti biasa kami berbagi tugas urusan dapur dan pendirian tenda. Batu Lingga tidak begitu luas, hanya cukup untuk sekitar 4-5 tenda. Di samping kanan ada tempat penampung air hujan sederhana terbuat dari plastik yang dipasak oleh ranting pohon. Air tersebut bisa digunakan ketika ada pendaki dalam kondisi darurat kehabisan air. Memang tidak bersih air dalam penampungan tersebut. Namun dalam kondisi kepepet air bisa digunakan.

Usai makan malam, kami menyiapkan perbekalan untuk summit attack besok pagi. Hanya satu tas ransel berisi logistik, peralatan masak dan kamera yang kami bawa. Tak lupa air yang harus kami manajemen sebaik mungkin agar tidak kekurangan ketika turun nanti. Senter dan jas hujan menjadi alat wajib yang harus dibawa sendiri sendiri.Setelah persiapan selesai, kami istirahat tidur pukul 8 malam. Lelah, udara dingin dan suara alam seolah membawa kami menuju negeri mimpi.
Tepat pukul 3 pagi kami bangun. Teh hangat dan roti selai cukup untuk sarapan pagi itu. Kami bergegas menuju pos berikutnya. Masih ada sekitar 4 pos lagi yang harus kami lalui. Berjalan tanpa beban berat membuat langkah sedikit cepat meski jalur makin menanjak. Suasana yang masih gelap membuat membuat kami berkonsentrasi hanya untuk beberapa langkah kedepan.
Nampaknya perkiraan kami meleset, semula kami kira perjalanan menuju puncak hanya sekitar 2 jam,namun kenyataannya 4 jam baru kami sampai di Puncak Panglongokan. Sunrise kami dapati setelah pos Sanggabuana 2, itupun sang mentari tertutup awan. Di pos Pengasinan hari sudah mulai terang. Tinggal satu trek lagi kami sampai puncak Panglongokan. Ada satu rombongan yang bebarengan naik bersama kami. Mereka dari Bandung. Yang ngecamp di bawah Batu Lingga.
Setelah berjuang selangkah demi selangkah, akhirnya kami sampai puncak. Kami disambut kabut yang menutupi sebagian kawah puncak Panglongokan. Disana sudah ada satu rombongan yang sampai duluaan sedari tadi. Puncak Panglongokan Ciremai berupa tebing berbatu mengelilingi kawah. Disisi lain merupakan puncak yang dilalui lewat jalur Apuy dan Palutungan.

Tak banyak yang kami lakukan, kecuali memasak bekal, foto foto dan menikmati pemandangan di ketinggian 3078 Mdpl dalam kondisi sedikit berkabut. Minuman hangat dan cemilan menjadi pelengkap kenikmatan pagi itu.Rasa capek setelah melewati tanjakan demi tanjakan serasa meleleh digantikan ketakjuban yang luar biasa akan ciptaan Sang Maha Pemilik Segala. Kami datang bukan untuk menaklukkan alam, kami datang bukan untuk sombong telah menggapai puncak Mu, kami datang untuk bersyukur atas apa yang telah Engkau ciptakan dan berikan pada kami. Bahwa kami memang sangat kecil dihadapanMu.
Ciremey,,, hutanmu lebat,jalurmu padat,tanjakanmu hebat,,,namun kami belajar darimu tentang apa itu Nikmat.***




Gunung Pangrango 3018mdpl Bogor Jawa Barat

 http://www.wisatagunung.com/wp-content/uploads/2013/09/2mandalawangi.jpghttp://www.puncakku.com/wp-content/uploads/2012/10/20120803_104321_gede-pangrango.jpg
Gunung Pangrango merupakan gunung tertinggi kedua di Jawa Barat dengan ketinggian 3019 mdpl dan masuk di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. TNGGP adalah kawasan lindung yang mempunyai peranan penting dalam sejarah konservasi di Indonesia yang juga merupakan zona inti Cagar Biosfer Cibodas . Ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1980, kawasan ini mempunyai kontribusi signifikan terhadap pengurangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian, integrasi pengelolaan kawasan lindung di cagar biosfer sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan daerah sekitarnya. Dengan luas 22.851,03 hektar, kawasan Taman Nasional ini ditutupi oleh hutan hujan tropis pegunungan, hanya berjarak 2 jam (100 km) dari Jakarta. Keadaan alamnya yang khas dan unik, menjadikan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango sebagai salah satu laboratorium alam yang menarik minat para peneliti sejak lama.

-- Perijinan--
Gunung Gede Pangrango merupakan salah satu gunung di jawa yang cukup ketat dalam pemberian ijin pendakian. Ada 3 jalur resimi untuk mencapai Puncak Gunung Gede maupun Pangrango yaitu Cibodas, Gunung Putri, dan Selabintana. Namun jika kita ingin melakukan pendakian ke Gunung Pangrango alangkah baiknya kita mengambil jalur Cibodas, karena jarak tempuh ke puncak yang pendek di bandingkan dengan 2 jalur lainnya, dan puncak dapat ditempuh dalam waktu sekitar 8 -9 jam. Gunung Gede Pangrango bisa dikatakan sebagai salah satu gunung dengan perijinan paling rumit di tanah jawa, karena kita harus daftar secara online dan melakukan validasi untuk mendapatkan simaksi secara on the spot.
--Jalur Pendakian--
Dalam perjalanan kali ini kami melalui jalur Cibodas karena jalur paling mudah untuk menggapai puncak pangrango adalah melewati jalur ini. Dari kantor Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, pendaki akan mengikuti jalan setapak sampe pos pemeriksaan pertama. Disini kita wajib untuk melapor kembali dengan menyerahkan Simaksi yang telah kita urus sebelumnya. Semua barang bawaan akan di cek dan tentunya juga dengan personil yang mengikuti pendakian harus sesuai dengan yang tertulis di Simaksi.

Setelah melewati pos pemeriksaan, para pendaki akan melewati jalan setapak batu yang tersusun rapi dengan kiri kanan diselimuti hutan lebat. Jalur akan tampak rindang dan dingin karena Pohon pohon tinggi yang membentuk kanopi alami yang menghalangi sinar matahari masuk. Trek bisa dikatakan landai dan cukup menyenangkan. Sekitar 1 jam berjalan kita akan melewati sebuah jembatan yang membentang di atas rawa yang biasa disebut dengan rawa gayonggong. Pemandangan cukup menarik menggoda untuk diabadikan dalam sebuah jepretan kamera. Diatas rawa ini kita dapat memandang kegagahan Gunung Pangrango yang menjulang dari kejauhan. Berdesir adrenalin ketika memandang puncaknya, dan membayangkan tantangan apa yang akan kami hadapi sebelum dapat menggapainya.  

Setelah melewati rawa gayonggong tak lama kita akan sampai di pos telaga biru. Sebuah telaga kecil yang berwarna kebiru biruan dipinggir jalur pendakian. Terdapat banyak ikan di dalamnya dan masih terjaga keasriannya. Dinamakan telaga biru dikarenakan banyak ganggang air tawar biru yang hidup di dalamnya dan seakan seakan akan membuat airnya menjadi biru. 
Berjalan lagi sekitar 60 menit, kita akan sampai pertigaan Pos Panyancangan. Dimana jalur yang mengarah kekanan adalah menuju air terjun cibeureum dan lurus adalah jalur pendakian gede pangrango. Kami sempatkan sebentar untuk menikkmati keindahan air terjun cibeureum sembari melepas lelah. Keadaan cukup ramai dengan pengunjung non pendaki yang bercengkerama dengan dingin air dan udara di tempat ini. Dirasa cukup beristirahat dan mengambil beberapa jepretan mengabadikan deras arus Curug Cibereum kami pun melanjutkan perjalanan kembali.
Beranjak dari pertigaan air terjun, jalur akan masuk ke dalam hutan yang cukup lebat mengapit dan jalur akan terus menanjak. Jalur masih tetap berbatu batu tertata dengan baik dan berkelak kelok. Setelah beberapa lama kita berjalan, jalur akan sedikit menurun yang menandakan kita sampai di Air panas. Pos air panas adalah sebuah jalur yang mengharuskan kita melewati air terjun berair panas. Dalam kawasan ini kita harus cukup berhati hati dikarenakan jalur yang licin, panas, dan tepat di sisi kanan adalah jurang cukup dalam tempat air panas terjun kembali ke jurang. Jalur berupa batuan licin yang mewajibkan kita berhati hati untuk melangkah. Sekali terpeleset di batu maka cipratan air panas akan langsung terasa di kulit. Kawasan ini juga cocok untuk mandi sauna..hehe.
 Selepas dari Air terjun air panans tak lama berjalan setelah melewati kandang batu kita akan kembali bertemu dengan air terjun yang cukup indah, sebuah air terjun yang entah apa namanya. Karena disini tidak ada keterangan yang cukup jelas, namun keberadaannya yang persis disamping jalur pendakian memudahkan kami untuk mengunjunginya. Tanpa pikir panjang saya pun segera turun dan mengambil beberapa jepretan yang sayang untuk dilewatkan.
Mendaki gunung Gede Pangrango melalui jalur Cibodas kita akan serasa dimanjakan oleh keindahan alam yang ada, mulai dari deras air sungai, kemegahan air terjun dan belantara hutan. Inilah daya tarik tersendiri jika kita melintas dari jalur cibodas ini, alam akan menyajikan keindahannya yang seakan tiada henti untuk memanjakan mata kita.
Beranjak kembali ke jalur, setelah 60 – 90 menit kembali berjalan kita akan sampai di kandang badak. Pos terakhir sebelum percabangan jalur yang akan mengantarkan kita ke puncak gunung gede atau gunung pangrango. Di pos kandang badak ini kami sempatkan beristirahat, sholat dan makan. Ada salah satu juga yang menarik di Jalur Cibodas ini karena sepanjang pos yang ada aka nada banyak Pasukan Nasi Uduk, yaaaa… mereka adalah para penduduk sekitar yang mencari nafkah dengan berjualan nasi uduk, kopi dan camilan di setiap pos. Jika kita malas untuk memasak bisa juga untuk membeli makanan di mereka mereka ini namun dengan harga yang sedikit mahal tentunya. 
Setelah perut terisi penuh dan tenaga telah pulih inilah saatnya kita melanjutkan perjalanan kembali. Untuk menuju puncak pangrango kita bisa mengikuti petunjuk arah yang ada dengan berbelok arah ke arah kanan di pertigaan. Bagi beberapa kalangan pendaki Pos kandang badak ini merupakan pos terakhir sebelum kembali melanjutkan perjalanan mencapai puncak pangrango, mereka biasa membuka tenda menaruh semua barang dan bermalam disini. Banyak yang beranggapan kalau kita jalur pangrango ini adalah jalur yang berat terlebih lagi jika kita membawa tas besar dengan muatan yang berlebih, karena diperjalanan akan dijumpai banyak pohon pohon tumbang. Tetapi bagi para pendaki yang ingin lebih lama menikmati puncak Pangrango dengan lembah mandalawanginya mereka rela bertempur dengan medan yang berat dengan membawa semua perlengkapan mereka ke atas, hal ini juga yang akan kami lakukan dalam perjalanan kali ini. Kami akan membuka tenda di Lembah Mandalawangi dengan asumsi kita bisa lebih lama menikmati keindahan pangrango.
Oke tanpa membuang waktu lagi kita mulai mengambil arah kanan dan menyusuri setapak kecil yang ada. Pada awalnya jalur masih landai tetapi dengan mulai banyak batang batang pohon yang bertumbangan. Hal ini memaksa kami untuk sedikit membungkuk ataupun melompati pohon pohon ini. Jalur menuju puncak ini terasa lebih alami dibandingkan jalur yang kita lalui hingga sampai di kandang badak tadi, karena jalur ke puncak ini sempit menanjak dengan pohon pohon tumbang seakan jalur ini dibiarkan alami oleh pihak TNGGP. Tapi hal ini yang semakin memacu adrenalin kami dan sungguh menyenangkan.
Satu persatu pohon tumbang kami lalui dan tak terasa tenaga pun mulai terkuras. Akhirnya jalan kami semakin melambat ditambah dengan jalan yang semakin menanjak tanpa ampun. Jalur mempunya derajat kemiringan antara 45 – 60. Hal ini memaksa kita lebih sering untuk beristirahat. Semakin banyak saja tantangan di jalur ini, pohon tumbang, tanah yang licin dan bahkan di beberapa titik kita harus sedikit melakukan scrambling atau pemanjatan dengan bantuan tangan. Dan akhirnya 10 langkah berjalan 10 menit beristirahat, serta tak terasa hari semakin sore dan sang matahari pun tampak sudah engggan untuk menemani kelelahan kami semua.
Ditengah senja kemerahan diantara kelelahan kami tampak dihadapan kemegahan Gunung Gede, kawah aktifnya tampak mengeluarkan asap sulfatara serta sekilas tampak jepretan kamera para pendaki di seberang jauh disana. Sungguh sore yang sangat indah dan tanpa sadar kalimat syukur pun terucap. Sungguh indah negeri ini. Disaat sinar matahari benar benar telah hilang dan dingin malam mulai menyapa kami akhirnya mulai beranjak kembali. Headlamp dan senter pun kami siapkan masing masing dan berharap sinar ini dapat menuntun kami menapaki setapak kecil dengan benar. Jalan setelah tempat kami beristirahat semakin menyempit namun dengan tanjakan yang masih tetap sama. Aku dimalam yang pekat ini menjadi leader di depan sebagai penunjuk arah. Perlu diketahui jalur menuju puncak Pangrango ini mempunyai banyak percabangan, dan jalan yang benar hanya terdapat pita pita kecil yang dipasang pendaki lainnya. Oleh karena itu perlu kehati kehatian dalam memilih jalur yang benar. 


Setelah 60 menit berjalan belum ada tanda tanda puncak di depan, pohon pohon masih tinggi menjulang itu tandanya dataran puncak masih cukup jauh. Tim bergerak semakin lambat di pekat malam itu bahkan mbak Dian salah seorang wanita di tim kami pun menangis ditengah jalur, mungkin saja dia kelelahan. Tapi kami para lelaki tetap terus menyemangati mereka agar tetap bergerak. Lanjut kembali, jalur menjadi sebuah parit kecil, datar dan tak lagi menanjak aku pun melihat samar samar dalam malam pohon cantigi disekitar kami. 10 menit bergerak kembali cahaya senterku tiba tiba menyinari sebuah tugu tinggi dan disamping terdapat plang bertuliskan Pangrango. Ahhh...akhirnya perjalanan panjang kami telah usai. Semua tim mengucapkan syukur. 


Tapi bukan puncak ini sebenarnya tujuan akhir kami, Lembah mandalawangi tepatnya dimana kita bisa membuka tenda dan beristirahat. Kami mengambil jalur persis disebelah tugu puncak yang mengarah kebawah, kira kira 15 menit berjalan kami menemui pohon pohon edelweiss dan itu tandanya kita telah sampai di Lembah Mandalawangi. kamipun segera mencari tempat datar dan membuka tenda. Lembah yang seakan tersembunyi diantara puncak Pangrango. Namun pekat malam menyembunyikan keindahan yang sebenarnya. Malam itu mandalawangi tampak cerah dan tak berkabut sama sekali. Bintang bintang tampak gemerlap dibalik malam yang pekat. Tak ingin kehilangan momen saya pun segera mengeluarkan kamera dan mengabadikan beberapa momen malam yang indah itu sebelum masuk ke peraduan mimpi. 


Pagi hari itu kami dikejutkan oleh suara alarm dari hp, kamipun segera bergegas keluar tenda. Karena kami sadar pagi di alam bebas itu tak boleh untuk ditinggalkan. Pagi itu mandalawangi tampak diselimuti kabut tipis dingin. Sungguh suasana yang tak bisa saya jelaskan kata kata, yang pasti dalam hati akan terasa damai, tenang, dan nyaman. Dan pagi ini aku pun mengerti kenapa dulu Soe Hok Gie sangat senang mengunjungi mandalawangi dimasa mudanya, bagi orang awam pasti membayangkan betapa beratnya menggapai Mandalawangi ini tetapi pagi ini aku bisa merasakan juga kedamaian dan sepi dari Mandalawangi ini. 


Senja ini, ketika matahari turun kedalam jurang-jurangmu
Aku datang kembali
Kedalam ribaanmu, dalam sepimu dan dalam dinginmu

Walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
Aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
Dan aku terima kau dalam keberadaanmu
Seperti kau terima daku

Aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
Hutanmu adalah misteri segala
Cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta

Malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi Kau datang kembali
Dan bicara padaku tentang kehampaan semua

“Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya, tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar
terimalah dan hadapilah"

Dan antara ransel-ransel kosong dan api unggun yang membara
Aku terima ini semua
Melampaui batas-batas hutanmu, melampaui batas-batas jurangmu

Aku cinta padamu Pangrango
Karena aku cinta pada keberanian hidup
      

Gunung Gede 2958mdpl Bogor Jawa Barat

http://elmitra95fm.com/wp-content/uploads/2013/06/puncak-gunung-gede.jpg http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/fa/Gunung_Gede.jpg
Gunung Gede-Pangrango
adalah satu-satunya gunung yang menjadi faforit para pendaki di
Indonesia, kurang lebih 50.000 pendaki per tahun, meskipun peraturan
dibuat seketat mungkin, bisa jadi karena lokasinya yang berdekatan
dengan Jakarta dan Bandung.
Maka dari itu untuk mengembalikan habitatnya tiap bulan Agustus ditutup
untuk pendaki juga antara bulan Desember hingga Maret. Untuk mengurangi
kerusakan alam maka dibuatlah beberapa jalur pendakian, namun jalur yang
 populer adalah melalui pintu Cibodas.

Untuk mendaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango di berlakukan sistem
bookin, 3 sampai 30 hari sebelum pendakian harus booking dahulu. Jumlah
pendaki di batasi hanya 600 per malam, 300 melalui jalur Cibodas, 200
jalur Gunung Putri, dan 100 jalur Selabintana.

Rute Pendakian Gunung Gede dan Gunung Pangrango

    ·         Jalur Pendakian Cibodas
    ·         Jalur Pendakian Gunung Putri
    ·         Jalur Pendakian Salabintana

Transportasi

    Jalur Pendakian Cibodas : Cibodas (1.425 mdpl) dapat ditempuh dengan
 menggunakan kendaraan umum jurusan Jakarta - Bandung. Turun di
pertigaan Cibodas, disambung dengan mobil angkutan kecil ke Kebun Raya
Cibodas.Di sekitar Kebun Raya Cibodas terdapat tempat parkir yang luas,
banyak terdapat pedagang makanan dan oleh-oleh di sepanjang jalan. Ada
juga lokasi untuk berkemah di dekat kantor Taman Nasional. Lebatnya
hutan tropis di lereng gunung Gede-Pangrango ini sudah terasa di
Cibodas, namun suasana hutannya terpotong oleh padang golf yang sangat
luas hingga ke arah puncak gunung pangrango.
    Jalur Pendakian Gunung Putri : Untuk menuju Gunung Putri dari
Jakarta naik bus jurusan Bandung / Cianjur turun di Pasar Cipanas. Dari
belakang Pasar yang merangkap terminal ini kita naik mobil angkot ke
Gunung Putri. Sebelum melakukan pendakian kita harus booking terlebih
dahulu 3-30 hari sebelum hari pendakian di Kantor Pusat Taman Nasional
yang terletak di Cibodas.
    Jalur Pendakian Salabintana :Selabintana (960 mdpl) adalah kawasan
wisata yang sangat menarik. Hotel, penginapan, tempat bermain, air
terjun dan bumi perkemahan menjadikan kawasan ini ramai dikunjungi siapa
 saja. Kaum Remaja dari Bandung dan Jakarta sering mengadakan camping di
 lokasi ini. Jalur pendakian Selabintana kurang diminati oleh para
pendaki. Banyak hal yang menjadi alasan yakni:

    Membutuhkan waktu yang lebih lama baik dalam pendakian.
    Akses kendaraan umum yang susah dan lebih jauh.
    Jalurnya lebih berat, berlumpur dan banyak pacet.
   
Di Pintu gerbang masuk bascamp Cibodas pendaki wajib melapor dan menunjukan surat - surat perijinan dan akan dilakukan pemeriksaan terhadap barang bawaan untuk barang yang dilarang seperti pisau, radio, sabun, odol, dll. Akan di minta oleh petugas, dan pada saat keluar Taman Nasionaljuga akan dilakukan pemeriksaan kembali. serta wajib memperlihatkan sampah yang dibawa turun sisa- sisa pemakaian kita sendiri. di setiap pintu taman ada tempat untuk membuang sampah. Dari jalur Cibodas ini tersedia beberapa pos tempat peristirahatan yang berupa bangunan beratap yang sangat bermanfaat untuk berteduh dan menghangatkan badan. Sebaiknya tidak mendirikan tenda di dalam pos karena mengganggu para pendaki lainya yang ingin berteduh. Awal pendakian dimulai dengan menyusuri jalan setapak berbatu, melintasi kawasan hutan tropis yang lebat. Kicauan burung dan suara monyet akan menyambut para pendaki sejak dari pos penjagaan. Setelah berjalan sejauh 1,5 km melintasi kawasan hutan yang sangat asri, terdapat sebuah rawa yang disebut telaga biru dalam ketinggian 1.500 mdpl. Telaga biru yang warna airnya bisa berubah - ubah di sebabkan oleh tanaman ganggang yang tumbuh di dasar danau. Dengan melintasi jembatan kayu sepanjang jalur selanjutnya akan sampai pos Rawa Gayang Agung pda ketinggian 1.600 mdpl. jalur jembatan kayu ini sudah mulai rusak, banyak kayu-kayu yang lepas sehingga pendaki bila kurang hati - hati bisa terperosok jatuh. Setelah berjalan di atas jembatan kayu sepanjang kurang lebih 1 km, jalur kembali menapaki jalan berbatu hingga sampai di Pos Panyancangan Kuda. Pos ini berada diketinggian 1.628 mdpl, terdapat bangunan beratap yang dapat dipergunakan untuk berlindung dari hujan dan angin, namun pendaki-pendaki yang egois sering membuka tenda di dalam bangunan ini. Di lokasi ini terdapat persimpangan jalur (pertigaan). ke kanan ke arah air terjun Ciberem, sedangkan arah ke puncak ambil jalur lurus. Bila pendaki ingin mampir ke air terjun mungkin tas dan bawaan lainnya bisa ditinggal di pos ini, dan ada salah satu rekannya yang menunggu. Berjalan sekitar 30 menit dengan lintasan berbatu yang sedikit menurun, dan di beberapa tempat digenangi air sehingga sepatu bisa basah, maka kita akan sampai di Air Terjun Ciberem yang berada di ketinggian 1.675 mdpl). Air terjun Ciberem ini terdiri dari tiga buah yakni; curug Cidendeng, curug Cikundul, dan curug Ciwalen. Wisatawan umum bisa datang ke lokasi air terjun ini cukup dengan membayar tiket masuk di pos penjagaan. Untuk melanjutkan pendakian pendaki harus balik lagi ke Pos Panyancangan Kuda (pertigaan). Dari pertigaan, jalur pendakian mulai menanjak dan berliku-liku melewati jalan setapak dari batuan yang terjal. Gemuruh air terjun yang berada jauh di bawah terdengar dengan jelas. Suara-suara satwa sering terdengar terutama di sore dan di pagi hari. Sejenak kita bisa beristirahat di Pos Batu Kukus (1.820 mdpl). Di tempat ini terdapat bangunan untuk duduk istirahat, dahulu ada atapnya yang disangga oleh sebuah tiang kayu di tengahnya. Lintasan kembali menanjak, jalan setapak berbatu mulai berganti dengan jalan tanah yang lebih alami. selanjutnya jalur mulai landai dan bonus-bonus turunan akan mempercepat kita sampai di Pos Pondok Pemandangan (2.150 mdpl). Pada musim pendakian, karena ramainya pengunjung maka kita bisa beristirahat di pos ini sambil menunggu antrian melewati air panas. Air panas berupa lereng curam yang sangat berbahaya, yang dialiri air panas dengan suhu yang mencapai 70°C, pendaki perlu ekstra hati-hati karena sempit dan licin. Sebaiknya jalan satu persatu dan menunggu bila ada pendaki yang melintas dari arah berlawanan. Karena bila dua orang pendaki bertemu maka pendaki di sisi jurang akan sulit mendapatkan pegangan bila terpeleset dan kesenggol akan fatal akibatnya, meskipun ada rantai besi pengaman namun kondisinya kurang aman untuk dijadikan pegangan. Batuan di Air Panas terasa panas bila disentuh. Namun banyak juga pendaki yang berhenti untuk menghangatkan badan. Sebaiknya tidak berhenti di sini karena sangat menggangu pendaki lainnya, selain itu sebaiknya menggunakan sepatu, panasnya air sangat terasa bila kita hanya menggunakan sandal. Mandi di sungai di Pos Kandang Batu (2.220 mdpl) ini yang berair hangat sangat menyegarkan badan, menghilangkan capek dan membantu melancarkan aliran darah yang beku kedinginan. Jangan gunakan sabun, odol, shampoo, karena banyak pendaki mengambil air minum di sungai ini. Membuka tenda di Pos ini sangat mengganggu perjalanan pendaki lainnya. Meninggalkan Pos Kandang Batu kita akan melewati sungai yang kadang airnya deras sehingga hati-hati dengan sendal yang dipakai. Celana panjang mungkin perlu digulung, namun bila air sungai sedang tenang (tidak ada hujan di puncak) kita bisa melompat di atas batu-batu. Selanjutnya kita akan sampai di tanah lapang yang cukup untuk mendirikan beberapa tenda. Mendekati Kandang Badak, kita akan mendengar suara deru air terjun yang cukup menarik di bawah jalur pendakian. Kita bisa memandang ke bawah menyaksikan air terjun tersebut, atau turun ke bawah untuk mandi bila air tidak terlalu dingin. Di sekitar air terjun ini lintasan terjal dan sempit sehingga harus menunggu antrian satu per satu untuk melewatinya. Setelah itu jalur mulai landai dan sedikit menurun hingga Pos Kandang Badak (2.395 mdpl). Bagi pendaki sebaiknya mengisi persediaan airnya di pos Kandang Badak, karena perjalanan berikutnya akan susah memperoleh air. Setelah kandang Badak perjalanan menuju puncak sangat menanjak dan melelahkan disamping itu udara sangat dingin sekali. Disini terdapat persimpangan jalan, untuk menuju puncak Gn.Gede ambil arah ke kiri namun jangan salah jalan menuju ke kawah, dan untuk menuju puncak Gn.Pangrango ambil arah kanan. Persiapan fisik, peralatan dan perbekalan harus diperhitungkan, sebaiknya beristirahat di pos ini dan memperhitungkan baik buruknya cuaca. Menuju puncak Pangrango waktu yang dibutuhkan sekitar 3 jam dengan jarak tempuh lebih kurang 3 km, dengan melintasi kawasan hutan lebat yang sangat terjal. Dari puncak gunung Pangrango pendaki tidak bisa menikmati pemandangan sekitar karena masih banyak pohonan. Sedikit turun ke arah barat terdapat areal terbuka seluas 5 ha yang dipenuhi dengan tanaman bunga edelweis. Tempat ini di sebut Alun Alun Mandalawangi. Untuk menuju puncak gunung gede pendaki menyusuri punggungan yang terjal, di sini terdapat sebuah tempat yang disebut Tanjakan Setan, tempat ini sangat terjal dan dilengkapi dengan tali baja untuk berpegangan. Dari atas tanjakan ini pendaki bisa memandang panorama puncak gunung Pangrango yang sangat indah. Hempasan angin kencang sangat terasa di tempat ini. Pendaki di musim hujan tempat ini terasa sangat dingin karena hembusan angin kencang yang bercampur dengan air. Pendaki yang belum makan biasanya akan mudah sakit ketika tiba di tempat ini. Bahkan bisa terkena kram bila tidak menggunakan pakaian yang cukup tebal. hingga puncak Gunung Gede angin kencang akan selalu menemani para pendaki. Puncak gunung gede terlihat memanjang, berbeda dengan puncak gunung pangrango yang runcing sempurna. Pendaki biasanya menikmati pemandangan Kawah Gunung Gede yang sangat indah. di puncak gunung gede ini akan tercium aroma belerang yang kadang kala sangat menyengat hidung. Kawah gede ini terdiri dari Kawah Ratu dan Kawah Wadon. Puncak gunung Gede sangat indah namun perlu hati-hati, kita dapat berdiri dilereng yang sangat curam, memandang ke kawah Gede yang mempesona. Dibawah lereng-lereng puncak ditumbuhi bunga-bunga edelweis yang mengundang minat untuk memetiknya, hal ini dilarang dan sangat berbahaya bagi kelestariannya. Dari puncak Gede kita bisa kebawah menuju alun-alun SuryaKencana, dengan latar belakang gunung Gumuruh. Terdapat mata air yang jernih dan tempat yang sangat luas untuk mendirikan kemah. Bila berkemah di alun-alun Surya Kencana di pagi hari sekitar jam 5 pagi pendaki akan dibangunkan oleh para pedagang yang menawarkan nasi uduk dan rokok, Gunung apa pasar yak.. Dari sini kita belok ke kiri (timur) bila ingin melewati jalur Gunung Putri, dan untuk melewati jalur Selabintana kita berbelok ke kanan (barat). JALUR GUNUNG PUTRI Di Pos Penjagaan Gunung Putri (1.450 mdpl), pendaki wajib melapor dan menunjukkan surat - surat perijinan dan akan dilakukan pemeriksaan terhadap barang-barang bawaan. Untuk barang yg dilarang seperti pisau, radio, sabun, odol, dll. akan diminta oleh petugas. Pada saat keluar Taman Nasional juga akan dilakukan pemeriksaan kembali serta wajib memperlihatkan sampah yang dibawa turun sisa-sisa pemakaian kita sendiri. Di setiap pintu taman ada tempat untuk membuang sampah Pendakian awal berupa jalan setapak yang melintasi kebun penduduk, yang selanjutnya akan menyeberangi sungai kecil. Setelah melewati sungai jalur mulai menanjak dan kita akan menemukan pipa air minum yang disalurkan untuk keperluan penduduk sekitar. Satu jam perjalanan dari pipa air pendaki akan sampai di Pos Tanah Merah yang berupa bangunan bekas kantor Taman Nasional yang sudah tidak terpakai di ketinggian 1.850 mdpl. Beberapa dinding kayu sudah hilang dan lantai kayunyapun sudah pada berlobang, namun atapnya masih bagus sehingga dapat digunakan untuk berteduh. Jalur semakin menanjak dan melintasi akar-akar pepohonan, suasana hutan semakin lebat dan mencekam, setelah berjalan sekitar 1,5 jam akan sampai di Pos Legok Lenca diketinggian 2.150 mdpl. Jalur berikutnya semakin curam dan licin terutama di musim penghujan, di beberapa tempat medan sempit sehingga pendaki harus ke pinggir bila berjumpa dengan pendaki dari arah berlawanan. Pos berikutnya adalah Buntut Lutung yang berada di ketinggian 2.300 mdpl. Tempat ini agak lega sehingga bisa beristirahat rame-rame setelah melintasi jalur sempit. Jarang sekali ada pendaki yang membuka tenda di pos-pos di sepanjang jalur gunung putri. Selain tempatnya sempit dan tidak ada sumber air, pendaki lebih suka bersusah payah sekuat tenaga untuk sampai di Alun-Alun Surya kencana dan berkemah di sana. Sebelum sampai di lapangan terbuka Surya Kencana kita masih harus melewati dua pos lagi yakni Pos Lawang Seketeng (2.500 mdpl) dengan medan yang semakin terjal dan semakin menguras tenaga, serta Pos Simpang Maleber (2.625 mdpl). Pos yang ada berupa bangunan untuk duduk yang dilengkapi dengan atap yang disangga satu tiang seperti payung. Seperti pos-pos yang lainnya tiang penyangga atap sudah roboh semua. Dari Pos Simpang Maleber lintasan sudah landai alun-alun Surya Kencana sudah nampak di depan mata. Untuk menuju Pusat Keramaian Alun-Alun ( Kilometer Nol ) kita harus berjalan ke arah kanan mengikuti aliran sungai kecil yang berada tepat di tengah-tengah lapangan. Selanjutnya dari Km-0 kita kekanan mendaki bukit terjal berbatu yang banyak di tumbuhi edelweis untuk menuju puncak gunung Gede. sedangkan untuk turun kembali lewat jalur Selabintana kita harus berjalan lurus. JALUR SELABINTANA Di jalur Selabintana terdapat airterjun yang biasa disebut warga airterjun Ciberem yang memiliki ketinggian 70 meter. Percikan dan kabutpun tercipta oleh air terjun.Untuk menuju airterjun pendaki harus melewati jalan yang berbatu yang panjang dan terjal. Lokasi yang sulit di jangkau ini tidak mengurangi niat para pendaki untuk menuju ke air terjun ini. Setelah melakukan booking beberapa hari sebelumnya di Cibodas pendakian baru bisa dilakukan. Di Pos Pemeriksaan dilakukan pemeriksaan barang bawaan dan surat perijinan, kemudian pendaki bisa langsung "ngetrek" atau berkemah terlebih dahulu di Selabintana. Dari Pos Pemeriksaan kita berjalan menyusuri tepi sungai yang aliran airnya jernih dan sangat dingin memasuki kawasan hutan lebat yang banyak dihuni satwa liar. Lintasan berupa jalan berbatu yang ditata rapi menyusuri punggungan gunung. Monyet-monyet bergelantungan di atas pohon, aneka burung berkicauan di atas dahan. Setelah berjalan sekitar 1/2 jam kita akan berjumpa dengan menara pengamatan burung. Selanjutnya akan sampai di Pos Citingar (1.000mdpl). Di sepanjang jalur banyak terdapat sampah dedaunan. Di musim penghujan banyak pacet dan di musim kemaraupun masih ada pacet. Medan yang berupa tanah gembur dilapisi guguran dedaunan semakin menanjak dan licin. Bila ingin beristirahat sebaiknya tidak duduk di atas pohon tumbang atau di tanah berhumus karena banyak pacet, cukup berdiri mengambil nafas panjang. Masih dalam kondisi jalur yang sama kita akan sampai di Pos Citingar Barat (1.175 mdpl). Sekitar 2-3 jam kita berjalan dikawasan hutan yang banyak pacetnya ini. Untuk itu gunakan sepatu gunung jangan pakai sendal, untuk menghindari puluhan pacet nempel di kaki. Selanjutnya jalur masih berupa tanah gembur dilapisi dedaunan. 1 jam kemudian jalur agak landai sedikit turun dari punggungan gunung menghindari lintasan lama yang longsor (di atas lintasan baru). Di lokasi ini lintasan baru dilapisi dengan batu yang ditata rapi danPacet sudah jarang dijumpai. Kemudian kita akan sampai di Pos Cigeber (1.300 mdpl). Bila lintasan sebelumnya langit tertutup oleh rimbunya pepohonan (canopy), maka lintasan berikutnya kita mulai bisa melihat langit karena pohon-pohon yang sangat tinggi sudah jarang. Tanah yang diinjak mulai agak keras. Kita akan melewati pinggiran jurang yang banyak ditumbuhi rumput-rumput yang agak tinggi. Selanjutnya tiba di Pos Cileutik (1.500 mdpl). Sedikit turun di bawah Pos yang sudah roboh ini terdapat sungai yang aliran air nya kecil dan membentuk air terjun mini. Bila tidak terlalu dingin bisa mandi di sungai ini. Di lokasi ini beberapa pendaki bisa beristirahat bersama namun tidak cukup untuk mendirikan 2-3 tenda. Setelah menyeberangi sungai kecil, medan kembali menanjak dan memasuki kawasan hutan yang lebat. Di beberapa tempat tanah yang diinjak agak lembek. sekitar 2 jam berjalan pendaki akan sampai di Pos yang banyak dikelilingi pohon-pohon yang memiliki bentuk yang aneh, sehingga bisa menimbulkan fantasi yang bermacam-macam. Selanjutnya kita berjalan sekitar 2 jam maka kita akan sampai di Pos yang hanya bisa digunakan untuk duduk beristirahat sekitar 8 orang. Lintasan berikutnya makin terjal, di beberapa tempat kita bisa berpegangan pada akar-akar dan selanjutnya pendaki akan melewati jalur yang banyak di tumbuhi rumput-rumput yang sangat tinggi. Sekitar satu jam kita akan sampai di Pos Pertigaan, di tempat ini terdapat persimpangan jalur, bila ke kanan menuju puncak gunung Gumuruh, bila ke kiri menuju alun-alun Surya Kencana. Sekitar lima menit dari lokasi Pos ini kita akan sampai di tempat yang terbuka, ke kanan kita bisa melihat ALun-alun Surya Kencana dan Puncak Gunung Gede. Untuk menuju pusat Alun-alun (Kilometer Nol) kita berjalan ke kanan sekitar 15 menit. Di lapangan luas ini kita bisa beristirahat mendirikan tenda. Untuk melanjutkan perjalanan lewat jalur Cibodas kita harus mendaki puncak gunung Gede terlebih dahulu. Sedangkan untuk melewati jalur Gunung Putri kita berjalan lurus mengikuti pinggiran sungai. Untuk menuju puncak Gunung Gede dari Km-0 kita masih harus mendaki batuan terjal yang banyak ditumbuhi Edelweis, dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.